Sabtu, 26 April 2008

Metrosexual Marketing Target

Kenapa pemasaran selalu dikaitkan emosi.?
Apakah target pasar hanya kaum wanita saja.?
Padahal data di Indonesia menyebutkan 80% pengguna internet adalah pria.?
Lalu bagaimana online marketing bisa mencapai sasaran...?
Ini adalah masukan dari teman via email terkait dengan postingan sebelumnya.

Mungkin perlu diingat, bahwa pria sekarang sudah mulai terbawa emosional. Sampai-sampai Mark Simpson pada tahun 1993 melontarkan istilah metroseksual. Memang ada pendapat miring tentang gejala budaya baru itu dan menganggap sebagai laki-laki yang cenderung banci. Tapi bila kita lihat perkembangan kultural sekarang, tampaknya anggapan itu tidaklah tepat. They are not gays, they are straight guys...

Kalau kita baca di The 18 Guiding Priciples of Marketing in Venus, konsumen emosional sekarang bukanlah WOMEN saja, tetapi WO-MEN. Woman-oriented man, pria yang kewanita-wanitaan. Penuh emosi dan ekspresi, namun tidak kehilangan maskulinitasnya atau beralih orientasi seks. Lihat saja pria yang keluar masuk salon, spa atau pusat perawatan tubuh lainnya, apakah mereka banci..? Tidak. Mereka kaum metroseksual yang bisa dikatakan dari golongan menengah ke atas yang sudah mulai memikirkan pentingnya perawatan tubuh dan penampilan agar mereka lebih pede saat melakukan transaksi atau bertemu relasi bisnisnya.

Pria-pria emosional itu seringkali masih malu-malu untuk melakukan semuanya secara terbuka. Dan mereka lebih bebas melakukan transaksi produk-produk semacam itu di dunia maya. Ini peluang bagus untuk internet marketer.

Namun perlu diingat, kelompok itu adalah golongan yang rewel dan menilai segala sesuatunya secara terperinci. Jadi untuk bisa meraih kesan dan memenangkan pertarungan memperebutkan WO-MAN itu, pemasar harus pay attention to detail. Jangan kecewakan pelanggan untuk hal yang paling kecil sekalipun atau produk kita dilupakan orang.

Pokoknya..
Most customer in this interactive world are WO-MEN..!!!

Kamis, 24 April 2008

Ubud, Warisan Alam Terasah

Di Ubud Bali ada dua buah sungai yang dinamakan sungai Lanang dan sungai Wadon mengapit sebuah bukit, dan keduanya bersatu di di satu titik pertemuan yang dinamakan Tjampuhan. Titik itu dipercaya sebagai tempat suci nenek moyang orang Bali, Maharesi Markandia yang berhasil mengalahkan dedemit penguasa Bali. Di situ dibangun sebuah tempat suci yang dinamakan Pura Gunung Lebah.

Konon di sepanjang aliran sungai itu mengalirlah darah-darah seni orang Bali. Desa Panestanan, Pangosekan dan Sukawati terkenal lukisannya. Desa Celuk dengan kerajinan peraknya, Desa Batu Bulan dengan stone carving dan sebagainya. Singkat cerita Ubud terkenal ke seluruh dunia sebagai desa seni dengan pemandangan alam yang sangat menawan.

Di jalan-jalan Ubud, kita bisa bertemu selebriti dunia, guru besar dari universitas terkemuka dan usahawan mancanegara. Mereka mengayuh sepeda mengunjungi museum yang satu ke museum yang lain, memborong lukisan dan karya seni lainnya.

Banyak yang mengira bahwa Ubud adalah warisan alam yang terjadi begitu saja. Padahal tanpa peran Tjokorda Gde Agung Sukawati, raja Ubud sebagai Change Maker, Ubud tidak akan seperti sekarang ini.

Selama hidupnya Tjokorda sangat memperhatikan kesenian. Dan ia berpikir rakyatnya tak boleh hidup dibawah standar terus menerus. Maka ia mencari jalan agar warganya bisa membuat karya seni yang bernilai dan bisa dijadikan sandaran hidupnya. Oleh karena itu bila mendengar ada pelukis hebat datang ke Indonesia, diajaknya ke Ubud. Ia memburu nama-nama terkenal. Walter Spies dijemputnya di pelabuhan dan diberikannya sebuah rumah di Bali. Syaratnya cuma satu, ajarkan anak-anak Ubud melukis.

Sejak saat itu banyak pelukis berdatangan ke Ubud. Sebut saja Rudolf Bonnet, Arie Shcmidt dan Hanz Snell. Mereka adalah pelukis-pelukis besar yang memberikan pengarus terhadap pelukis Ubud. Bahkan Antonio Blanco sampai menetap dan beristrikan gadis bali sampai akhir hayatnya. Bila sebelumnya tema lukisan Ubud terbatas pada epos Ramayana atau Mahabarata, kini sudah begitu ekspresif dengan multitema.

Belajarlah dari Ubud dan Tjokorda. Walaupun merasa telah memiliki bakat alam, tetap saja perlu diasah untuk dapat memberikan nilai lebih. Tak usah takut dianggap keluar pakem kalau memang itu bisa membuat kita semakin maju.

disarikan dari Change, Renald Khasali, Ph.D. Gramedia, 2005

Senin, 21 April 2008

Blunder Promo

Ada sebuah cerita tentang perusahaan teman yang cukup maju di pemasaran offfline. Teman yang berpikiran maju itu pun berkeinginan ekspansi di penjualan secara online. Sistem dijalankan dan promo digencarkan.

Awalnya bagus dan grafik meningkat. Tapi setelah beberapa waktu berjalan, baru terasa di berbagai sisi masih kedodoran. Sinkronitas data inventory masih manual ternyata tidak mampu mendukung pola pemasaran online yang konsumennya menginginkan pelayanan cepat dan instan. Apalagi ketika customer service menggunakan Yahoo Messenger telah diketahui umum, jalur komunikasi dengan konsumen bertambah. Efeknya setiap keluhan konsumen menginginkan jawaban langsung yang membutuhkan kesiapan data real time.

Apa yang diharapkan dapat mengangkat merk menjadi lebih menggurita akhirnya menjadi semacam blunder yang bila tidak ditangani segera justru akan merusak popularitas yang sudah bagus sebelumnya.

Sama saja dengan yang pernah saya lihat, pembukaan supermarket baru di kota saya dulu. Menjelang launching, diadakan promo besar-besaran. Pamflet, selebaran, spanduk terpasang dimana. Artis tenar dipanggil untuk memeriahkan acara. Dan memang, acara berjalan sukses mendatangkan ribuan pengunjung. Tapi sayang, persiapan hanya meriah di luar dan babak belur di jajaran internalnya. Tempat parkir, AC, pelayanan dan beberapa hal tampak tak mampu menangani membludaknya pengunjung. Jadi sama saja mereka telah memanggil banyak orang hanya untuk menyaksikan sebuah ketidaksiapan.

Kasus lipposhop.com mungkin hampir sama. Mereka tampaknya ingin meniru langkah amazon.com. Sayangnya supply chain mereka keteteran. Hasilnya sama dengan cerita di atas.

Jadi ada pelajaran yang bisa kita lihat dari kasus-kasus ini. Berkenalanlah setelah berpakaian rapi dan jangan mengundang kalau memang kita belum siap menerima tamu. Memang ada semacam pembelaan bahwa segala sesuatu harus dicari masalah-masalahnya dengan terjun langsung terlebih dahulu. Tapi sejauh manakah kesiapan kita menanggulanginya dengan cepat saat masalah itu muncul dan belum tertimpa masalah yang lain. Apalagi bila kita berniat mengembangkan usaha itu di internet yang tuntutan pelayan cepat dan instan adalah pasti.

Jadi intinya, perkuat barisan dulu sebelum mulai bertempur agaknya lebih baik.

Sabtu, 19 April 2008

Kecil Itu Menyenangkan

Pernah saya ngobrol dengan teman yang baru saja membuka usaha. Dia cerita tentang rasa mindernya yang kadang muncul bila mengingat pesaing-pesaingnya yang sudah begitu besar dan menguasai pasar. Dan dari obrolan itu saya ingat beberapa buku yang pernah saya baca. Saya juga ingat pepatah yang mengatakan "masa kecil adalah masa yang paling indah."

Waktu kecil kita digendong, disayang dan makan pun disuapin. Anak kecil dianggap lemah dan tidak ada yang merasa terancam olehnya. Masa itu kita bebas menangis atau berteriak tengah malam sekalipun dan semua orang bisa memaklumi. Orang pun tak merasa jengkel saat kita ngompol di pangkuannya.

Sebuah peluang untuk marketer yang masih merasa kecil. Bagaimanapun juga perahu kecil lebih mudah belak belok atau bermanuver tajam dibandingkan kapal besar. Kita bebas membuat suatu keputusan akan berbelok kemana tanpa harus melibatkan banyak orang dari nakhoda, navigator, juru mudi sampai kelasi di kapal besar. Ketika perusahaan masih kecil, kita bisa bebas berimprovisasi, mencoba ide-ide liar tanpa kesulitan berarti. Ini tak mungkin dilakukan oleh perusahaan besar yang sudah menggurita.

Perusahaan kecil bisa menyelinap kesana kemari tanpa dicurigai orang termasuk ketika mencoba hal yang sedikit nakal walau ini tidak direkomendasikan. Beda dengan gajah raksasa yang kemana dia melangkah, seluruh makhluk yang berada di sekitar hutan bisa mendengar derap langkahnya. Akan sulit sekali untuk bergerak bebas tanpa diketahui arahnya oleh pesaing.

Seorang presiden melakukan kesalahan kecil, akan menuai hujatan yang luar biasa. Berbeda dengan seorang ketua RT. Hanya segelintir orang saja yang mau peduli atau meminta pertanggungjawaban atas tindak tanduknya. Perusahaan sekelas BCA atau Ramayana akan sukar ditoleransi kesalahannya oleh konsumen. Karena mereka sudah menganggap merk itu merupakan bagian dari dirinya. Bandingkan dengan merk kemarin sore..? Ah... who cares!

Anak kecil begitu menggemaskan walau setelah besar nanti berubah menyebalkan. Serupa di dunia usaha. Tidak jarang merk-merk kelas kakap dituding kolonialis, kapitalis, monopolis, hedonis, dan yang semacamnya. Setidaknya Telkom, PLN, Mc Donald's, Gucci pernah mengalami kecaman semacam itu. Kadang pesaing dengan memanfaatkan opini publik menyerang dengan sarana itu. Nah, untuk perusahaan kecil, siapa yang merasa terancam..? Ini bisa meredam efek persaingan usaha dari kompetitor.

Tidak ada kecap yang bukan nomor satu. Tapi kenapa Avis, rental mobil di Amerika mengaku "We try harder. Because we are only number two." Merk-merk minor biasanya lebih tahu diri dan memiliki daya juang yang tinggi. Mereka akan berupaya sekeras dan sekreatif mungkin agar tidak dilindas oleh kompetitor besar. Dengan jumlah konsumen yang masih terbatas, personal touch kepada setiap pelanggan teramat memungkinkan untuk dilakukan.

Gunakan kesempatan merebut simpati dan menanamkan nama baik ke setiap konsumen selagi masih kecil. Ini modal yang bagus sekali untuk bisa cepat membesar. Yang penting, pertahankan "sentuhan khas" kita agar tak dianggap kacang lupa sama kulitnya.

Ayo majukan merk kita sebelum menggurita. Kalau jeneng sudah bagus, jenang pasti akan datang. Nikmatilah masa kecil dengan bahagia.

Small is beautiful...

Emotional Benefit dalam Marketing

Kembali membahas tentang Gelombang Ketiganya Alvin Toffler yang membagi era dunia menjadi tiga gelombang. Era pertanian yang membutuhkan modal Muscle. Revolusi industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt yang membutuhkan Machine untuk memenangkan persaingan. Dan penemuan komputer membuat kita mudah membuat informasi dan database. Ini membuat muscle dan machine saja tidak cukup untuk meraih sukses, dibutuhkan Mind.

Di masa ilmu pengetahuan dan informasi sudah tidak bisa dibatasi hambatan geografis, budaya dan hukum, persaingan menjadi semakin ketat. Kekuatan pikiran saja tidak cukup. Dunia bukannya semakin rasional, tapi malah makin emosional. Keunggulan tidak lagi terletak pada Mind, eMotion yang jelas sangat terkait dengan Feeling.

Dalam melakukan pembelian produk atau jasa, pelanggan tidak lagi sekedar mempertimbangkan bagaimana dengan produk itu sendiri, melainkan value yang bisa mereka dapatkan dari produk itu. Value itu sendiri adalah manfaat fungsional dan emosional yang didapat pelanggan dibagi dengan harga dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkannya.

Banyaknya informasi membuat pelanggan semakin bingung membandingkan informasi produk yang satu dan yang lainnya. Jika hanya melihat fungsi dan harga, pasti itu soal mudah untuk membuat keputusan. Tapi itu sangat berat karena setiap perusahaan apalagi yang sudah besar akan bersaing untuk membuat produk yang sangat fungsional dengan harga ditekan serendah mungkin.

Keunggulan teknologi atau fungsional sangat mudah ditiru oleh pesaing. Fungsional benefit akan sulit dipertahankan dan dijadikan point of differention karena sudah umum dan memberikan functional benefit sudah menjadi kewajiban di tiap perusahaan. Agar konsumen tak mudah berpaling kepada si penyontek yang kadang lebih bagus kualitasnya, Emotional Benefit adalah kuncinya. Emotional Benefit tidak mudah ditiru mengingat pengalaman emosional sulit dilupakan pelanggan.

Inti dari pemberian emotional benefit adalah membuat pelanggan feel good agar segalanya menjadi mudah. Apalagi windows shopping sudah membudaya seperti sekarang ini. Dimana pelanggan tak pernah berniat untuk membeli sesuatu sebelumnya. Hanya ingin jalan-jalan dan melihat-lihat barang yang dipajang. Saat mereka memutuskan untuk membeli barang, itu lebih didorong oleh mood spontan daripada daripada memikirkan butuh atau tidaknya barang tersebut secara rasional.

Peluang sekaligus tantangan buat pemasar untuk membuat pelanggan menjadi good mood saat melihat pajangan kita. Tidak mungkin kan pelanggan akan tertarik bila kondisinya sedang bad mood ..?

Ada inspirasi..?

Jumat, 18 April 2008

Google Adsense Bukan Cara Mudah Cari Uang

Google AdSense - (Bukan) Cara Mudah Mendapatkan Uang di Internet

Google AdSense adalah cara mudah untuk meraup dollar di internet
Benarkah?

Jika Anda termasuk orang” yg masuk ke bisnis AdSense karena mengganggap AdSense adalah cara mudah untuk mendapatkan uang di internet, maka dengan berat hati saya harus mengatakan kalo “Anda salah!“.

Mitos ini tak lebih dari sekedar propaganda yg dilancarkan oleh orang” yg berusaha untuk meraih keuntungan dari para pemula ato orang awam. Dengan menjual e-book misalnya. Ato memberikan pelatihan tidak gratis dng biaya iuran bulanan yg tidak murah. Ato juga menjual software” ato template” yg membuat Anda seolah” bisa ongkang” kaki di depan komputer dan melihat uang masuk dng sendiri.

Kenyataannya?

Sedikit sekali publisher” baru (istilah bagi webmaster yg memasang iklan AdSense di situsnya) yg bisa terus survive dan menghasilkan pendapatan yg signifikan dan sebanding (bahkan lebih) dng usaha yg dilakukannya. Sama seperti hasil survey mengenai wirausaha yg beberapa waktu lalu saya baca. Dari sekian banyak usahawan baru, hanya 20% saja yg bisa bertahan melewati tahun pertama. Persentase ini akan semakin menyusut di setiap tahunnya, dan bukan tidak mungkin di tahun ke-lima nanti hanya tersisa 1-2 usahawan sukses dari angkatan tersebut.

Begitu pula bisnis AdSense.

Saya mengikuti hampir semua forum lokal yg membahas ttg AdSense, dan dari banyak kasus yg ada, kesalahan (baca: kegagalan) berpangkal pada anggapan di atas yg tanpa disadari telah menjadi semacam pedoman “kerja” bagi para publisher pemula.

Content yg didapat dari hasil copy-paste, topik yg terbius oleh iming” high paying keyword, situs/blog yg dibuat secara otomatis dng software, dan sebagainya. Seolah” hanya dng bermodal dengkul seperti itu, dollar akan datang dengan sendirinya.

Yg lebih parah, karena sudah terlanjur termakan oleh mitos, maka publisher” muda ini akan berusaha menggunakan cara apa pun untuk sekedar menggemukkan pundi” dollar di statistik AdSense mereka. Click fraud, force click, dan automated click, hanyalah sebagian kecil dari usaha tidak-halal yg dilakukan.

Hasilnya, meskipun di awal” tampak aman, surat banned pun melayang juga pada akhirnya.

Yah teman, bisnis AdSense pada kenyataannya tidak semudah yg digembor”kan.

Memang, saya tidak akan mengingkari adanya publisher” yg cukup berhasil hanya dng berpangku-tangan saja. Tapi sekali lagi yg perlu diinget, persentase-nya amatlah kecil, jika dibandingkan dng yg gagal.

Bagaimana solusinya?

Yang paling utama tentunya adalah menghilangkan anggapan bahwa bisnis AdSense adalah bisnis yg mudah dan tidak perlu usaha keras. Ingat, semua jenis bisnis pasti beresiko dan butuh usaha. Apa pun itu.

Selanjutnya, langkah” berikut mungkin dapat dijadikan pedoman awal dalam meraih sukses dng AdSense.
  1. Selalu mulai dng membuat situs web dng topik yg Anda kuasai ato Anda suka. Lupakan high paying keyword. Jadikan situs ini sebagai situs utama Anda, ato menurut istilah saya adalah situs inti / poros.

  2. Stl situs selesai, lanjutkan dng melakukan optimasi dari sisi SEO (Search Engine Optimization).

  3. Langkah berikutnya adalah promosi situs. Promosi dpt berupa melakukan submit ke situs” search engine, pemasangan iklan baik online maupun offline, direktori, top list, dan sebagainya. And for God’s sake, hindari SPAM!

  4. Selanjutnya, Anda tinggal menunggu hasilnya sambil terus secara berkala melakukan update (kecuali untuk situs” jenis tertentu yg tidak membutuhkan update dari webmaster).

  5. Berdoa. Kita sudah berusaha, maka jangan lupa untuk berdoa semoga usaha yg kita lakukan tidak sia”.

  6. Jika saatnya sudah tepat, lakukan ekspansi bisnis dng membuat situs baru dan lihat kembali pada langkah 1 di atas.

Bagaimana detilnya? Tunggu artikel selanjutnya :)

Tulisan ini adalah bagian pertama dari entah berapa bagian yg sama sekali belum direncanakan.

Artikel ini ditulis oleh Cosa Aranda dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 8 May 2006. Artikel bebas untuk didistribusikan ulang untuk keperluan non-komersil selama mencantumkan nama penulis dan sumber artikel serta tidak merubah separuh atau seluruh bagian dari isi.

Tipe Pengunjung Website

Banyak motivasi kita membuat website atau blog. Sebagai media umum, blog memiliki dua karakter berkaitan dengan pengunjungnya. Ada yang menjadikannya sekedar buku harian yang tak pernah memikirkan orang lain mau baca atau tidak dan ada pula yang dijadikan sarana bisnis. Untuk tipe kedua, mencari pengunjung sebanyak mungkin adalah hal yang paling wajib. Berbagai cara dilakukan agar orang mau melihat websitenya.

Pengunjung sebuah web, Google Analytics membaginya menjadi 3 bagian utama, yaitu :

1. Search Engine Visitor. Pengunjung yang berasal dari search engine.
Ini adalah pengunjung website yang berasal dari search engine seperti Google, Yahoo atau MSN dengan mengetikkan kata kunci tertentu. Website yang terindeks oleh search engine terutama di halaman awal biasanya menjadi tujuan utama. Tak heran bila pemilik website seringkali berusaha mati-matian untuk memasukkan websitenya ke urutan pertama indeks. Ini yang sering disebut dengan nama Search Engine Optimization (SEO).

2. Refferal Visitor. Pengunjung yang berasal dari website lain.
Biasanya pemilik web memasang link websitenya di web lain dengan dengan cara saling tukar link atau banner, ada juga yang dengan membayar sejumlah tertentu tergantung kesepakatan. Sering juga pemilik web membuat banyak blog dengan berbagai tema hanya untuk menarik orang datang lalu digiring ke website utamanya. Cara lainnya adalah dengan mensubmit web ke situs-situs “web directory”.

3. Dirrect Visitor. Pengunjung langsung
Ini adalah pengunjung yang langsung datang dengan mengetikkan nama web kita di address bar. Awalnya mungkin mereka datang dari search engine atau link referal, tapi kemudian tertarik dengan isi website sehingga rutin mengunjungi web. Mereka datang dengan tujuan yang jelas dan biasanya setia secara berkala menengok website untuk melihat apakah ada update baru.

Jika web kita adalah bertujuan untuk mendapatkan penghasilan dari google adsense atau program sejenis, maka pengunjung jenis ketiga paling tidak disukai.Pengunjung tipe ini umumnya tidak begitu peduli dengan iklan adsense yang ada di web dan mereka lebih fokus ke isi web.

Pengunjung jenis ketiga lebih berguna jika web kita memiliki sumber penghasilan utama dari program affiliasi atau reseller. Pengunjung ini cenderung lebih memiliki kepercayaan terhadap kredibilitas kita dibanding pengunjung jenis pertama dan kedua.

Tapi apapun tujuan webnya, tetap kita harus mencari pengunjung jenis pertama dan kedua sebanyak-banyaknya. Soalnya pengunjung tipe terakhir pun tetap berasal dari kedua tipe itu pada awalnya.

Siap-siap....

Kamis, 17 April 2008

Serba Serbi Internet Marketing

Sepanjang siang tadi saya googling menceri-cari tentang definisi atau serba-serbi Internet Marketing. Setelah berjalan-jalan kesana kemari akhirnya aku nemu yang menurut saya paling pas, singkat, padat dan mengena. Saya nemu disini…

Copas aja deh.


Simple saja, Internet Marketing itu pemasaran lewat internet. Gampang kan?


Apa yang dipasarkan?

1. Produk yang anda buat sendiri

2. Produk yang dibuat orang lain (resell, private label)

3. Memasarkan produk orang lain dan dapat komisi (afiliasi)

Gimana mulainya?

1. Tentukan secara spesifik market apa yang mau anda geluti (niche)? Misalnya dibidang fotografi.

2. Buat produk sendiri–misalnya bikin eBook tentang teknik fotografi, atau cari produk yang bisa diresell atau join afiliasi di perusahaan yang menjual produk-produk fotografi.

3. Buat website penjualan dan siapkan materi promosi.

Cara terima uang?

1. Transfer bank bila pasarnya lokal

2. Paypal, 2Checkout, dll bila pasarnya luar negeri

3. Paypal, Cheque atau Wire Transfer kalau anda join afiliasi.

Cara pemasaran?

1. List building, mengumpulkan orang untuk subscribe di milis kita. Misalnya dengan memberikan tips-tips fotografi gratis via email, dll sambil secara rutin menawarkan produk yang kita jual.

2. Article marketing, menulis artikel dan memasukan ke direktori artikel atau blog pribadi untuk memancing pengunjung datang ke website penjualan kita.

3. Forum signature

4. Pay per click, misalnya pasang iklan di Google Adwords, Adbrite, dll.

5. Viral marketing, buat eBook atau software yang berhubungan dengan produk kita lalu dibagi-bagikan dengan gratis. Makin banyak yang download produk viral kita, makin tersebar info bisnis kita.

Skill apa yang dibutuhkan?

1. Mengerti Internet

2. Mengerti membuat website, minimal website mini satu halaman

3. Mengerti bahasa Inggris, terutama untuk memasarkan produk luar

4. Mengerti pemrograman web (misal: PHP). Tidak harus, tapi akan sangat membantu.

Modal apa yang perlu disediakan?

1. Biaya Web Hosting untuk website penjualan kita

2. Biaya berlangganan Autoresponder (untuk list building)

3. Biaya koneksi internet tentunya

4. Biaya PPC (kalau mau iklan di Adword, dsj.)

5. Waktu

6. Semangat 45

Syarat untuk sukses?

1. Fokus pada bisnis yang kita pilih, jangan tergiur bisnis lain sebelum berhasil di bisnis pertama

2. Pilih bidang yang sesuai minat. Kalau tidak diminati, anda akan kehilangan motivasi, bosan dan menyerah.

3. Kreatif, jangan nyontek bulet website atau blog orang lain

4. Pantang menyerah

Gampang kah Internet Marketing?

Tidak ada yang gampang untuk menghasilkan uang. Kalau gampang, tentu akan banyak sekali milyarder di dunia ini. Tetapi bisnis online menjanjikan, kalau ditekuni akan menghasilkan sesuatu yang tidak didapatkan di bisnis offline; profit mengalir otomatis, kenyamanan bekerja, keleluasaan waktu, dsb.

Selasa, 15 April 2008

CashFiesta (Review)



Pagi ini saya mencoba salah satu cara mencari uang di internet, CASH FIESTA. Saya coba register disini dan instal aplikasinya. Sepertinya ini menarik dan berbeda dengan sistem pay per click yang umum seperti Google Adsense atau yang lainnya.

Cash Fiesta tak mengharuskan kita membuat blog atau berusaha keras menaikan traffic pengunjung website. Karena disini kita hanya memasang banner di desktop lalu melihat ada animasi orang berjalan di sudut kanan banner tersebut. Selama animasi tersebut menggambarkan orang berjalan, poin kita akan bertambah satu poin setiap lima detik. Jumlah poin yang telah kita kumpulkan akan tercantum secara realtime di banner tersebut.

Secara berkala, animasi tersebut akan berhenti berjalan dan duduk seperti orang kelelahan. Saat itu counter poin kita juga akan berhenti. Agar counter kembali berjalan kita harus mengklik banner dengan konsekuensi akan terbuka browser dan menampilkan iklan. Asalkan animasi sudah kembali berjalan, kita bisa mengclose iklan yang muncul. Begitu dan begitu seterusnya.

Cashfiesta akan membayar senilai 1 USD untuk setiap 1000 poin. Dan dari percobaan saya tersebut, satu jam bisa memperoleh antara 300 sampai 500 poin, tergantung aktif atau tidaknya kita mengklik banner saat animasi tersebut berhenti berjalan.

Sistem ini sepertinya cocok untuk kita yang sering duduk berjam-jam didepan internet tapi kurang suka blogging dan tidak mau dipusingkan dengan strategi menaikan traffic. Anda cukup duduk manis dan klik, klik, klik pada banner tersebut sambil kita mengerjakan tugas pokok kita. Ringan dan mudah sepertinya. Saya coba berandai-andai, misalkan kita perjam bisa memperoleh 500 poin dan kita bisa aktif selama 5 jam perhari. Dalam sebulan rata-rata kita di depan internet selama 20 hari (ini biasanya nebenger di kantor..). Berarti kita bisa mengumpulkan 50 ribu poin alias 50 USD. Recehan memang, tapi lumayan untuk ongkos duduk kita sepanjang hari. Dan Cashfiesta akan mengirimkan gaji itu dengan sistem cek setelah berjumlah minimal 50 USD.

Penjelasan lebih lanjut silakan buka websitenya atau klik disini atau klik iklannya di blog ini.

Tapi apakah semudah itu..?

Ada beberapa konsekuensi yang harus kita terima bila kita mengikuti program Earn Moneynya CashFiesta. Yang paling jelas adalah layar desktop kita akan menjadi sempit terpotong banner seperti gambar ilustrasi di atas sepanjang sisi atas monitor dengan lebar sekitar 2 atau 3 cm. Bisa juga banner kita set di bawah.

Konsekuensi lainnya adalah kita harus rajin-rajin klik banner tersebut saat animasi itu berhenti berjalan dan menutup windows yang terbuka kecuali anda memang seorang penikmat iklan. Tidak menyita waktu tapi bisa membuat kita jenuh.

Mengingat kita sering menerima dan membuka iklan dalam bentuk grafis, sistem ini kurang cocok untuk anda yang menggunakan koneksi lambat. Apalagi yang berlangganan memgunakan sistem volume based pricing untuk pembayarannya. Akan terlalu banyak kirim terima data yang bisa menyebabkan anda over quota. Sistem ini juga kurang cocok untuk pekerja keras yang harus fokus pada kerjaannya. Juga buat anda yang kurang suka recehan.

Tertarik atau tidak, jawaban ada di benak anda. Saya hanya memberikan sedikit review saja. Semoga dapat membantu anda mengambil keputusan untuk memulai mengais dollar dari sini.

Kalau tertarik, klik saja disini..

Humanitas Teknologi

Menyambung blog saya mengenai hubungan teknologi dengan emosi, saya coba kemukakan beberapa contoh yang berkaitan dengan itu. Kita harus merubah mindset lama yang selalu membayangkan kalau yang disebut iptek itu adalah kecanggihan Super Komputernya IBM atau laboratoriumnya Intel. Arahkan pikiran kita bahwa teknologi adalah sesuatu yang teramat manusiawi dan humanitas sekali.

Internet dan ponsel telah menjadi perlatan standar yang wajib dimiliki sebegaimana tivi atau radio di jaman dulu. Internet telah berkembang sedemikian pesatnya dari hanya sekedar tampilan teks yang membosankan sampai menjadi full grafis dan animasi seperti sekarang ini. Internet hanya membutuhkan waktu 5 tahun untuk mendapatkan 50 juta pengguna. Sementara radio memerlukan 38 tahun untuk menarik 38 juta pengguna dan TV 13 tahun untuk memperoleh 50 juta pemakainya.

Fungsi internet yang hanya savy technology telah berubah menjadi fasilitas mengekspresikan emosi yang terpenting. Blogging, sharing foto dan video, komunikasi ke seluruh belahan dunia dengan biaya relatif murah adalah salah satu pendorongnya.

Sebagaimana pengaruh ponsel pada emosi pelanggan dimana sebuah riset menggambarkan 41% responden mengakui setelah memiliki ponsel, mereka lebih mudah mengungkapkan cinta melalui SMS. Jejak pendapat yang dilakukan Siemens Mobile di enam negara Asia melaporkan 40% responden jantungnya berdegup kencang saat mendengar SMS masuk. Lucunya saat SMS masuk ke ponsel orang lain, 79% responden mengaku ikut memeriksa ponselnya tanpa disadari.

Kita melihat di pasaran ponsel, Nokia boleh dikatakan meraih market tertinggi walaupun harganya bukan yang terendah dan kualitasnya bukan yang terbaik. Ini tak lepas dari produknya yang ergonomis, mudah dioperasikan dan mudah dicustomisasi desain atau casingnya. Penggunaan sistem operasi symbian turut mendukung kemudahan instal berbagai aplikasi dari pihak ketiga sesuai kebutuhan pemakainya. Semua itu mendukung penuh tag Nokia sebagai "Teknologi yang mengerti anda.." Teramat humanis bukan..?

Semua itu adalah peluang buat marketing untuk bisa menyiasati perolehan pendapatan dengan memanfaatkan teknologi. Dan semua itu harus dimulai dari sekarang. Ingat pada kenyataan bahwa ponsel dan internet tak mungkin akan ditinggalkan konsumen sekarang-sekarang ini. Tapi akan semakin pesat dan semakin banyak dipergunakan orang.

Kreatiflah membangun emosional pelanggan terhadap produk kita dengan teknologi...

Maknai Benak Konsumen

Mendaftarkan merk untuk memperoleh wewenang memajang tanda ® atau memang bukan hal mudah. Karena selain mahal, hampir setiap kata yang tepat untuk dijadikan merk telah didaftarkan orang lain. Namun sesungguhnya ada yang lebih sulit, yaitu mendaftarkan merk dalam benak konsumen. Kita harus memaklumi bahwa merk dengan embe-embel ® tidak otomatis menjadi terdaftar dalam pikiran konsumen.

The Father of Positioning, Al Ries yang juga penulis The Origin of Brands menyatakan bahwa posisi merk tak tergoyahkan dalam benak konsumen adalah hal yang paling penting. Pastikan merk itu memiliki makna (meaningfulness) dalam benak konsumen. Contohnya Xerox yang identik dengan Xerography (teknologi foto kopi), Vegeta yang identik dengan sayuran yang kaya serat, Intel dengan Intelligence (kecerdasan) atau So Klin yang berarti clean (bersih).

Bagaimana dengan merk besar seperti IBM, Nokia, Harley Davidson yang tidak begitu memiliki makna konkret..? Mulanya memang begitu. Tapi dalam prosesnya kini merk-merk tesebut mengimbuhkan makna sehingga kini diasosiasikan dengan mainframe, inovasi dan motor besar. Memang bisa, tapi sepertinya pemaknaan dari awal akan lebih mudah daripada menyusun citra setelah image terbentuk.

Saya sendiri pernah membuat sebuah lembaga yang saya namakan AdiSatria, sesuai dengan nama anak saya. Dan kemudian saya sempat bingung waktu ditanya apakah cuma anak anda yang menjadi target market? Tentu saja saya menggeleng. Jadi benak konsumenlah yang harus kita utamakan dalam membuat merk. Karena mereka yang kita inginkan menyimpan nama itu, bukan anak atau keluarga kita. Kecuali nama anak atau istri memang layak untuk dijadikan tak masalah.

Ada juga yang menjadikan angka sebegai merk seperti M-150 atau C-59. Memang bagus, tapi perlu diingat bahwa otak manusia lebih mudah menangkap kata daripada angka. Tapi ada sedikit pengecualian untuk etnis tertentu yang seperti Tionghoa yang memiliki banyak arti dengan angka-angka seperti 88, 99, 169 atau 189. Kelompok itu mengartikan 168 sebagai “sekali kaya, kaya selamanya.” Apalagi dalam ejaan mandarin deretan angka-angka itu sangat speakable dan writable, seperti 189 dibaca yi fa jiu.

Dan untuk mempertajam makna dalam benak konsumen, iringi merk tersebut dengan bussines description, positioning statement atau visioner statement. Kurang lebih begitu.

Ada inspirasi..?

Minggu, 13 April 2008

Kendala Pemasaran Online

Saya masih teringat teman saya di Belanda yang ngotot minta dikirim pete gara-gara saya posting gambar pete bakar di salah satu blog saya. Pete seharga 20 ribu itu oleh DHL dikenai ongkos kirim 1,4 juta. Weeeeh... untungnya kiriman ditolak dengan alasan harus masuk karantina. Kalau tidak, kebayang engga sih saat mereka makan pete seharga hampir 1,5 juta itu..?

Trus saya nemu tulisannya pak Nukman Luthfie tentang kesulitan memasarkan produk untuk kaum hawa secara online. Ini menarik karena tempat kerja saya juga memproduksi busana muslim yang didominasi produk busana muslimahnya dan sekarang sedang memulai pemasaran secara online melalui manetvision.com.

Menurut pak Nukman, hambatan utama dari pemasaran produk kaum hawa secara online adalah :

Pertama, statistik menunjukkan bahwa 80% pengungguna Internet adalah pria.
Di Amerika Serikat, prosentase pengguna internet perempuan sudah melampaui pria. Di Indonesia, sebaliknya. Pengguna perempuan hanya sekitar 20% total pengguna Internet. Tentu saja, dengan pangsa pasar yang relatif kecil ini, diperlukan usaha yang ekstra agar bisa berhasil menjual barang-barang yang dikhususkan untuk kaum Hawa. Cara-cara biasa tidak akan mempan.

Kedua, aksesoris perempuan bukan termasuk jenis barang yang mudah dibeli online.
Barang-barang yang laku dijual via Internet memiliki beberapa ciri khas: tidak perlu dicoba, tidak perlu disentuh, tidak perlu dibaui, dan tidak perlu disentuh. Cukup hanya dengan membaca keterangan dan melihat gambarnya pengguna internet dapat memutuskan untuk beli atau tidak. Barang-barang tersebut adalah:
1. Barang digital: lagu, ringtone, whitepaper, foto, hasil riset, dan sejenisnya.
2. Komputer, Handphone dan keluarganya
3. Buku dan barang-barang khusus berbasis hobi.

Aksesoris kaum hawa tidak masuk dalam daftar tersebut saat ini. Sepemahaman saya, perempuan cenderung mencoba barang berulang-ulang sebelum membeli. Dua hal di atas, tipisnya pangsa pasar serta jenis barangnya, mempersulit kesuksesan penjualan aksesoris perempuan.

Kendala yang lain, ya seperti kisah tentang pete itu. Dengan memasarkan secara online produk dapat dilihat di seluruh dunia. Ini tak menutup kemungkinan menarik minat pembeli dari luar negeri yang kadang terbentur dengan masalah ongkos kirim. Agaknya sedikit aneh bila produk senilai ratusan ribu harus dikenai biaya kurir sampai jutaan.

Salah satu pemecahannya antara lain dengan memilih segmen pasar yang bersifat menengah ke atas. Apalagi bila mengingat pengguna internet di Indonesia masih didominasi oleh golongan itu. Dan berita baik lainnya adalah kaum hawa golongan itu sudah mulai kekurangan waktu untuk belanja secara tradisional mengingat sejak pagi sampai sore hari lebih banyak berada di kantor dan duduk di depan komputer dengan internetnya.

Untuk itu produk harus diusahakan seunik mungkin dan selalu up to date. Soalnya pangsa pasar yang itu biasanya sangat kritis dengan masalah penampilan dan image individu. Penjajagan keinginan pasar sangat diperlukan, mengingat konsumen sekarang sudah tidak mau lagi digeneralisir dan menerima apa saja yang disodorkan produsen tanpa melihat profil pribadi dan melibatkan emosi mereka.

Strategi lainnya bisa diterapkan seperti telah berjalan di Manet Busana Muslim, dimana pemasaran online sepenuhnya didukung oleh jaringan pemasar offline. Penjualan online sistem grosir dapat membantu kendala timbulnya keengganan konsumen berbelanja karena beban ongkos kirim itu. Apalagi sebagian besar perusahaan jasa kurir menerapkan pembulatan ke atas berat barang perkilogram. 1,1 kg tetap dihitung 2 kg. Mungkin bisa saja dibuatkan batas pembelanjaan minimal, tapi apakah semua konsumen benar-benar perlu untuk belanja banyak?

Pembentukan jaringan-jaringan pemasar offline di daerah-daerah sangat membantu sistem online ini. Memang ini menekan nilai keuntungan dengan harus terbaginya margin laba dengan reseller. Tapi ini lebih baik daripada kita kehilangan banyak konsumen yang masih akrab dengan sistem tradisional.

Kendala lain yang lumayan berat adalah menjaga kualitas produk. Katalog atau barang yang dipajang di website selalu melalui proses retouch dengan software grafis yang seringkali benar-benar mampu menarik konsumen untuk membeli. Tapi setelah barang diterima, konsumen kecewa melihat kenyataan terlalu jauh perbedaannya denga tampilan di website. Ini sangat merugikan untuk kelangsungan hidup pemasaran kita. Mengingat efek domino yang bisa timbul akibat cerita tentang kekecewaan itu beredar dari milis ke milis dan dari blog ke blog.

Bagaimanapun juga konsumen tetap lebih percaya kepada teman dekat atau teman ngeblognya sebagai acuan referensi daripada iklan. Walaupun ini bisa berpengaruh positif terhadap penjualan bila kita benar-benar mampu menjaga kepercayaan konsumen. Cerita tentang kepuasan konsumen terhadap produk dan palayanan kita akan cepat menyebar ke seantero jagad maya.

Tapi jangan sampai merasa kalah sebelum berperang.
Berani mencoba dan selalu kreatif sepertinya kunci utamanya...

Sabtu, 12 April 2008

Kontroversi FITNA

Ribut-ribut soal film pendeknya Geert Wilders sudah lama saya dengar, dari sekedar protes, demo sampai Depkominfo memblokir beberapa website langsung dari backbone. Film itu pun sudah saya download sejak belum heboh seperti sekarang ini, tapi baru saja saya sempat putar beberapa menit yang lalu.

Awalnya saya cuek saja dan membiarkan film itu mengeram di folder download sampai bulukan, sampai saya chat dengan teman saya yang di Belanda. Dia menanyakan pendapat saya tentang film itu dan bagaimana pengaruhnya di Indonesia.

Bagi saya, walaupun film itu teramat menghina keyakinan saya, tapi saya berusaha menyadari. Mungkin memang itu salah satu dampak dari era internet. Kebebasan mengeluarkan apa saja yang kita mau tanpa bisa dibatasi oleh hambatan geografis membuat kita harus belajar menerima semuanya dengan kepala dingin. Namun di lain sisi kita juga harus bisa menahan diri dalam mengeluarkan pendapat kita. Masalahnya apakah semua orang bisa berpikir seperti ini..?

Film pendek yang dibuat oleh pemimpin partai Party for Freedom (PVV) di parlemen Belanda, yang memang sangat terkenal dengan pandangan kerasnya, berisi tentang pandangan sempitnya mengenai Islam dan Al Qur'an. Beberapa ayat di Al Qur'an dibelokkan olehnya menjadi suatu anggapan yang memotivasi ke arah terorisme dan penguniversalan Islam di dunia.

FITNA diluncurkan untuk pertama kalinya 27 Maret 2008 di situs video sharing Liveleak dalam versi bahasa Belanda dan Inggris. Versi bahasa Belanda dari film ini diklaim dilihat sekitar 1,6 juta kali dalam 2 jam sedangkan versi bahasa Inggris-nya dilihat 1,2 juta kali dalam 5 jam.

Wilders begitu berpikiran negatif terhadap Islam karena ia merasa bahwa Islam telah merusak kebebasan di Belanda yang begitu menjunjung tinggi Belanda sebagai sebuah negara demokrasi. Apalagi dia melihat begitu pesatnya perkembangan Islam di Belanda. Wilders melukiskan kitab suci umat Islam sebagai "buku fasis" yang menghasut orang untuk melakukan kekerasan.

Namun menurut saya ini hanyalah akal bulus Wilders untuk mencari keuntungan. Karena ia adalah pendukung Yahudi, isu semacam ini sangat penting untuk mendapatkan bantuan dana dari para jutawan Yahudi yang memang kebanyakan punya peran kuat di bidang ekonomi dan politik di negara Eropa dan Amerika Utara.

PM Belanda Jan Peter Balkenende begitu film itu diluncurkan langsung muncul di televisi untuk menjelaskan sikap pemerintah Belanda yang menyesalkan film itu. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, juga mengecam keras film itu, dan mengatakan bahwa sikap itu tidak bisa dibenarkan karena akan mengundang aksi kekerasan. Presiden UE yang kini dipegang oleh Slovenia menyebut film tersebut tidak membawa manfaat apapun selain hanya mengobarkan kebencian. Menlu Inggris, David Miliband, mengatakan hendaknya orang dapat menggabungkan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebebasan berpendapat dan sekaligus menghormati keberagaman rasial dan keagamaan. Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith mengatakan bahwa film itu "sangat menghina" dan "upaya nyata untuk menimbulkan perpecahan di antara masyarakat kepercayaan".

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melarang peredaran film FITNA masuk ke Indonesia. SBY juga meminta kepada pemimpin negara Islam lainnya untuk menolak peredaran film tersebut. Presiden telah meminta Menteri Hukum dan HAM untuk mencekal Geert Wilders jika ingin masuk ke Indonesia. SBY juga minta kepada seluruh umat Islam di Indonesia agar tidak terpancing dalam suasana permusuhan.

Mengapa harus ada permusuhan di dunia ini yak..?

Perempuan Sakit Jiwa Itu...

Bukankah perempuan hanya perlu sebuah atau beberapa “Sperma” untuk membuahi “Ovum” untuk dimasukankan ke dalam “Vagina” dan menciptakan generasi keberlanjutkan untuk menciptakan kehidupan di dinding Rahimnya. Hanya perlu mencari Sukarelawan sperma untuk mendapatkan seorang Bayi Mungil untuk teman hidup kita di Masadepan. Kita bisa hidup tanpa laki-laki, tanpa uluran dan belas kasihan para laki-laki, yang kadang sok protectif dan sok “Super Hero”. Perempuan independent dengan dunia ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup, jauh lebih “Super Hero” untuk bisa hidup dan menafkahi anak-anaknya. Bukankah laki-laki tidak pernah benar-benar kuat?? Bukankah perempuan cuma jadi kadal dunia perbudakan?? Perempuan begitu ikhlasnya menyerahkan jiwaraga dalam ikatan pernikahan yang sebenarnya hanya menjadi budak kebiadaban laki-laki??

Potongan email yang saya terima dari seorang teman yang dicopas dari tulisan salah satu teman paling baik saya yang sebenarnya tidak suka menulis. Saya sendiri heran apakah itu benar-benar tulisan dia atau nemu di web lalu copas, dan dibaca oleh teman saya lalu dikirim kesaya. Heeh.. kok kalimatnya njlimet begini ya..?

Ok. Saya tak akan membahas asal tulisan perempuan sakit jiwa itu. Saya hanya ingin mengungkap isi tulisan yang seolah menentang arogansi laki-laki di muka bumi. Tapi saya ingin bertanya dulu, benarkah laki-laki itu arogan secara total? Laki-laki yang mana..?

Justru tulisan itu menurut saya menggambarkan arogansi seorang perempuan (saya hanya menyebut seorang...) yang mungkin sudah melupakan kodratnya. Dengan segala kelebihan yang dia miliki dia merasa bisa dengan mudah menggaet dan mencampakan lawan jenisnya entah untuk tujuan apa. Perlawanan kaum feminis kah, atau hanya pembenaran atas yang segala perbuatan yang dia lakukan?

Sulit untuk menebak apa motivasinya dan saya pun tak ingin mengetahuinya. Mungkin dia perlu baca tulisan saya di salah satu blog tentang arogansi laki-laki yang saya beri judul Keutamaan Perempuan. Dan sebagai pembanding opini saya coba kutip dari tulisan saya di blog tentang Laki-laki dan Perempuan di Toilet.

Perempuan sering mengkritik laki-laki karena dianggap cuek, tidak mau mendengar, kasar, tidak setia, suka selingkuh, tidak bisa memberikan kehangatan dan cinta kasih, hanya menginginkan seks ketimbang cinta dan tak jarang meninggalkan dudukan toilet (toilet seat) dalam keadaan terbuka setelah menggunakannya.

Laki-laki mengkritik perempuan karena cara mereka “menyetir” yang tidak bisa membaca marka atau rambu jalan, hanya membolak-balik peta petunjuk tanpa tahu arah, malah menjerit histeris saat ada pejalan kaki nyelonong bukannya banting stir atau menginjak rem, banyak bicara tapi tanpa “juntrung”, pura-pura pendiam, tidak mau membicarakan seks dan lebih suka dudukan toiletnya dalam keadaan tertutup sampai dia benar-benar siap.

Di lain sisi…
Laki-laki mengagumi cara perempuan berjalan “berlenggak-lenggok” di suatu tempat yang ramai dan kemudian memberikan komentar pada semua orang, tapi perempuan tidak percaya kenapa laki-laki tidak bisa setia. Laki-laki merasa heran kenapa perempuan tidak bisa melihat lampu “indikator oli” menyala merah di dashboard mobil tapi bisa melihat noda kotor di kaos kaki yang berada 50 meter di pojok ruangan.

Perempuan merasa kagum karena laki-laki bisa secara tepat “memarkir mobil” di tempat yang sempit dalam kegelapan sekalipun hanya dengan melihat spion dan naluri, tapi anehnya mereka tidak pernah bisa menemukan titik G Spot yang hanya beberapa sentimeter dari ambang pintu.

Dalam bukunya Allan and Barbara Pease yang berjudul Sillyman from Mars, Pitywoman from Venus. Mengungkapkan “Mengapa pria tampak bodoh dan mengapa wanita seolah harus dikasihani”. Buku itu senada dengan pola pikir saya tentang makhluk bernama perempuan itu termasuk hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Makanya saya tak habis pikir mengapa sampai ada perempuan yang punya pikiran sekeras itu. Lebih kejam lagi bila mengingat tulisan itu muncul setelah didahului oleh tindakan-tindakannya yang abnormal terhadap laki-laki.

Saya cuma bisa berdoa kalau memang Yang Di Atas Sana masih berkenan mendengar pinta saya. Sembuhkan perempuan sakit jiwa itu sebelum pemikiran itu merusak sesuatu yang sebenarnya milik saya yang paling berharga.

Semoga...

Merk. Harus Speakable dan Writable

Memilih merk, kriteria awal yang baik adalah S&W atau speakable dan writable. Mengingat yang paling sering berhubungan atau komunikasi merk adalah konsumen, bukan pemasar. Pihak internal hanyalah memasang iklan, memajang logo, menggelar pressrelease, mengerahkan salesforce dan sejenisnya. Pihak internal tak mungkin memikirkan merk setiap waktu. Lain dengan konsumen, mereka mengaktifkan komunikasi merk setiap saat dimanapun mereka berada. Dan merk itu pula yang dijadikan identitas saat mereka membicarakan suatu produk.

Kenapa merk harus mudah diucap dan ditulis..?

Karyawan, investor, supplier dan semua pihak yang berhubungan dengan bisnis kita biasanya mudah melafalkan sebuah merk serumit apapun itu. Tapi apakah konsumen akan sejeli itu..? Mungkin saja sekian persen dari pasar kita adalah pengidap dyslexia dan wordphobia.

Coba amati percakapan di telepon atau SMS atau fax. Kata-kata sering kabur, huruf disingkat-singkat dan cetakan samar. Konsumen harus langsung bisa ngeh bahwa yang dimaksud itu adalah merk kita walaupun tidak terdengar jelas, disingkat atau tercetak tidak jelas.

Merk yang bermasalah dari segi pengucapan dan penulisan seringkali bermasalah juga dalam hal pengingatan (memorabilitas). Bandingkan Rinso dengan surf atau attack. Mana yang lebih memorable dalam benak ibu rumah tangga dan PRT? Rinso kan..? Surf dan Attack cukup susah untuk dieja apalagi diingat. Orang pun akan lebih mudah mengingat Telkomsel dari pada Excelcomindo sampai akhirnya dibuat singkatan XL agar lebih memorable.

Walaupun banyak hal lain yang lebih berperan dalam kesuksesan usaha daripada sebuah merk, tapi setidaknya patuh pada S&W bisa membantu mempercepat akselerasi penerimaan nama produk di pasar. Memang ada pengecualian untuk itu. Ada perusahaan yang sukses besar dengan nama yang ajaib, seperti Pierre Cardin, TAG Heuer, Volkswagen atau Mithsubishi. Meski kurang speakable dan writable, nama Pierre Cardin sengaja dipakai agar terkesan berprestise. Volkswagen agar terkesan Jerman dan Mithsubishi agar terasa aroma Jepangnya.

Segmen-segmen tertentu memang meniscayakan pada nama yang sulit semacam itu. Namun sepertinya perlu untuk tidak mencampuradukan aturan umum dengan pengecualian.

Ada inspirasi..?

Jumat, 11 April 2008

Analogi Angsa Kecilku

Tadi malam saya iseng googling untuk memeriksa apakah blog baru saya ini sudah terindeks oleh google apa belum. Dan memang belum. Tapi saya malah menemukan banyak hal-hal penting dan bagus berkaitan dengan pemilihan nama angsa kecil ini.

Sebenarnya nama itu tidak sengaja saya pakai. Beberapa nama yang saya masukan selalu ditolak blogger. Lalu saya ingat beberapa waktu lalu saya melihat ada seekor anak angsa yang jatuh ke dalam lubang. Induk angsa ikut turun ke lubang itu dengan maksud akan menolong anaknya. Tapi angsa bukanlah kucing yang bisa menggigit tengkuk anaknya untuk berpindah tempat. Lama saya perhatikan usaha induk angsa mengeluarkan anaknya dari lubang itu. Sampai akhirnya induknya menyerah lalu terbang meninggalkan angsa kecil itu sendirian.

Anak angsa awalnya kebingungan dan menurut saya berteriak-teriak minta tolong. Setelah agak lama dia berhenti menguik (eh, maaf. istilah tepatnya apa sih..?). Dia lalu berusaha mengepakkan sayapnya mencontoh gerakan induknya saat meninggalkan lubang tadi. Gagal dan selalu gagal, karena memang sayapnya belum berbulu. Sebenarnya saya kasihan dan ingin menolong angsa kecil itu. Sayang kemudian hujan turun dengan deras membuat saya malah beringsut masuk ke warung yang tak jauh dari situ. Dari dalam warung saya terus perhatikan makhluk lemah itu. Kasihan dia. Sudah jatuh ke lubang dalam, ditinggal induk dan teman-temannya, masih harus diterpa hujan teramat lebat.

Heeeh... ternyata dia tidak mengeluh. Terus saja dia mengepak-ngepakan sayap mungilnya. Saat air mulai membanjiri lubang itu, angsa kecil mulai berenang. Ketika lubang itu sudah penuh air, dia bisa keluar dan segera berlari mencari induk dan saudara-saudaranya mnerobos lebatnya hujan.

Hanya itu inspirasi saya tentang angsa kecil. Kegigihannya dan kemampuan mengubah penderitaan dibawah hujan menjadi sarana untuk keluar dari masalah terasa sekali mengena dalam hati saya.

Kemudian malam tadi saya menemukan analogi yang bagus hasil pencarian om google. Formasi angsa terbang. Yah.... angsa terbang di musim gugur untuk mencari udara panas di belahan bumi selatan. Mereka menggunakan formasi V. Ada angsa yang terbang paling depan dan di belakang angsa itu ada dua angsa dan di belakang masing-masing dari dua angsa tersebut ada satu ekor angsa dan terus sampai ke belakang. Biasanya jumlah angsa tersebut sampai 11 ekor dan membentuk huruf V.

Kepak sayap dari angsa yang di depan akan mengelevasi angsa yang di belakangnya. Begitu juga dengan angsa di baris kedua, walaupun mengepakkan sayap dengan tenaga yang lebih ringan tetap saja akan dapat mengelevasi angsa di baris berikutnya. Ini mengakibatkan angsa yang paling belakang sama sekali tidak perlu mengepakkan sayap. Dia hanya perlu merentangkan sayap selebar mungkin untuk mendapatkan daya elevasi dan sayapnya yang aerodinamis tadi akan tetap membuatnya terbang. Itu berarti semakin ke belakang maka akan semakin ringan beban untuk terbang.

Ketika angsa terdepan mulai mengalami kelelahan maka dia akan menurunkan ketinggian terbangnya Ketika itu pula salah satu dari dua angsa yang di belakangnya akan terbang lebih cepat untuk menjadi angsa terdepan. Barisan itu pun akan maju sehingga angsa yang terbang rendah tadi dapat masuk menjadi angsa paling belakang dari barisan itu. Dengan demikian mereka dapat terbang cukup lama tanpa harus beristirahat. Pernahkah Anda menyadari bagaimana bila mereka terbang sendiri? Mungkin mereka akan terlambat dan ketika salju mulai turun mereka belum sampai di selatan. Atau bahkan mereka sudah mati kelelahan karena tidak ada yang membantu.

Analogi yang indah untuk mencapai satu tujuan. Tepat untuk saya dengan kondisi saat ini. Sebagai orang jawa, analogi sapu lidi agaknya lebih pas. Orang Jawa bila tercerai-berai jarang yang bisa mencapai sebuah sasaran. Bersatu dari awal itulah kuncinya. Guyub rukun, gotong royong menjadi sebuah falsafah yang utama. Sampai ada istilah "mangan ora mangan asal kumpul".

Bila bersatu dari awal adalah kunci, bagaimana dengan saya yang sedang terbuang dan sebatangkara seperti ini..? Change..!!!

Lihatlah bila beberapa ekor angsa diikat. Akankah mereka terbang dengan kompak..? Tentu tidak. Berlarian saling seret dan saling menyakiti yang pasti. Lepaskan ikatan, biarkan mereka hidup sendiri-sendiri. Begitu terbang, mereka akan menjadi kompak dan saling bantu tanpa ada persetujuan atau ikatan apapun sebelumnya.

Semoga anak angsaku bisa segera memiliki sayap dan menemukan kawanan angsa lain untuk terbang bersama menuju cita-cita...

Terbuang Dari Nusakambangan

Mungkin judul ini terlalu aneh buat orang lain, mengingat kebanyakan orang berpikir Nusakambangan justru pulau buangan untuk penjahat kelas kakap. Tapi entahlah. Di Alcatraz yang notabene tanah air sendiri saya justru dijahati dan akhirnya terbuang dari sana terlunta-lunta dari satu kota ke kota lain tanpa arah tujuan pada awalnya.

Setelah saya memiliki niat untuk hijrah dan mencari pelajaran-pelajaran baru tentang hidup dan cara mempertahankannya, masih sering terdengar selentingan berita tak sedap dari sana. Seperti sore kemarin saat YM saya aktif di HP. Sedih dan teramat nelangsa yang saya rasakan. Sudah saya ikhlaskan tubuh dan hati ini dicampakkan dari sana. Kenapa masih saja sisa-sisa kenangan yang tertinggal dilemparkan keluar bagaikan sampah yang teramat hina. Pedih, jendraaal... Mengapa yang seperti itu masih saja harus terjadi dan kenapa pula harus sampai ke depan mata dan telinga saya. Padahal saya sudah berusaha meminimalisir dan memutuskan jalur-jalur informasinya.

Mungkin inilah efek teknologi informasi yang telah membobol batasan-batasan wilayah hukum, ekonomi, geografis, kultural dan telah merambah ke hal-hal yang menyangkut masalah individual sampai mampu merubah emosi seseorang. Dunia yang begitu luas seolah tak bisa lagi dipergunakan untuk sembunyi, karena semuanya seperti sudah berada dalam genggaman tangan.

Kadang-kadang saya merasa berubah melankolis bagai pelantun balada ketika Ebiet G Ade mendendangkan "Aku Ingin Pulang" di speaker PC. Apalagi saat kerinduan-kerinduan akan keindahan surga pantai selatan itu mengusik ujung hati saya, keinginan untuk kembali teramat terasa. Namun selalu saya urung untuk membalik haluan. Saya tak boleh kalah oleh perasaan-perasaan sentimentil itu. Saya bertekad untuk pulang kesana dengan mengepakkan sayap, bukan lagi merangkak.

Ya... Saya harus terbang saat kembali ke Bumi Wijayakusuma. Seberat apapun halangan dan hambatannya saya harus terus belajar terbang dan tidak menjadi angsa kecil lagi. Harus..!!!

Saya akan selalu merindukanmu Nusakambanganku...

Kamis, 10 April 2008

Teknologi untuk Marketing

Dulu orang memiliki ponsel hanya untuk sekedar melepon atau mengirim pesan penting saja. Orang pun menggunakan internet hanya untuk kepentingan bisnis semata. Namun sekarang semua itu sudah bergeser dari posisi awalnya.

Dengan SMS atau Instant Messenger semacam YM atau Google Talk orang merasa lebih "bebas" dalam mengekspresikan dirinya tanpa harus "berbicara". Mereka menjadi semakin emosional. SMS atau IM sudah menjadi milik semua orang. Orang yang paling pendiam pun bisa menjadi cerewet ketika fungsi mulut diambil alih oleh ujung jempolnya. Berbagai polling bahkan kampanye politik pun sudah memanfaatkan SMS sebagai salah satu andalannya.

Melihat kenyataan bahwa orang lebih sering duduk di depan komputer dan internet, plus ketika harus meninggalkan tempat yang namanya ponsel pasti tidak pernah lepas dari genggaman. Ini adalah sebuah peluang besar bagi pemasar untuk bisa memanfaatkannya secara maksimal. SMS yang dulu dianggap "tabu", kini malah menjadi tren yang justru semakin manusiawi dan emosional. Lihat saja Yahoo atau Sonyericsson yang memanjakan emosi pelanggannya dengan menciptakan fitur yang dinamakan emoticons. Kalau dulu orang harus bertemu untuk menyatakan perasaan marah, benci, sayang, cinta bahkan mencari jodoh sudah umum dilakukan lewat kedua media itu. Tak ayal bila Telkomsel memanfaatkan itu dijadikan tag salah satu produknya dengan ungkapan "mulutmu harimaumu. SMSan sajaaaa...."

Mengekspresikan perasaan merupakan kebutuhan alami manusia. Perasaan sedih, gembira, kangen atau puas kini bisa diungkapkan hanya dengan beberapa sentuhan pada tombol ponsel atau beberapa klik mouse saja. Manusia modern lebih menyukai penggunaan teknologi yang dalam pemasarannya menekankan sisi emosional dibanding hanya bermodal kecanggihan teknologinya saja.

Tentu kita semua ingat meledaknya market Nokia 5110 dulu sampai menyabet predikat ponsel sejuta umat. Ini ada kaitannya dengan desainnya yang merupakan ponsel pertama bisa kita ganti-ganti casing semudah memasang baterai atau SIMCard. Perasaan manusia tidak seragam dan setiap orang butuh mengekspresikan dirinya dalam banyak hal agar tidak terkesan pasaran. Ini juga terpengaruh oleh adanya content game dalam ponsel tersebut didukung iklan dan promosi gencar dengan tag "tetap ada unsur kekanakan dalam diri kita..." dan "teknologi yang mengerti anda...". Pengolahan emosi konsumen yang benar-benar mengena.

Teknologi informasi membuat pelanggan semakin emosional. Disinilah letak tantangan bagi pemasar untuk pandai meramu dan menggabungkan teknologi itu dengan "emosi" yang ada di dalamnya. Pengambilan keputusan konsumen semakin didasarkan pada mood dan feeling mereka dibandingkan mind.

Tapi ada satu hal yang tak boleh dilupakan. Emosi itu bagai rollercoaster yang bisa naik turun dengan cepat. Mood konsumen perlu diperhatikan. Tidak mungkin kita bisa menawarkan produk saat konsumen tersebut dalam keadaan bad mood. Pengolahan mood management secara benar dan tepat sangatlah diperlukan. Pemasar tidak lagi bisa mengandalkan broadcasting dan mengirimkan pesan yang sama kepada seluruh pelanggannya. Pemasar harus menggunakan berbagai media untuk melakukan pointcasting untuk menyampaikan pesan yang bersifat personal.

Jadi intinya adalah, pelanggan tidak mau lagi digeneralisasi. Mereka butuh ekspresi dan aktualisasi diri agar menjadi ekslusif sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai jati diri. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, mereka justru butuh teknologi yang lebih "memanusiakan" mereka, bukan teknologi yang mengandalkan kecanggihannya sendiri.

Rabu, 09 April 2008

Fungsi Merk Dalam Marketing

Shakespeare pernah menyatakan "Apalah artinya sebuah nama?" Tapi orang Muslim menempatkan nama sebagai doa atau yang orang jawa mengatakan "asma kinarya japa". Lebih jauh orang jawa menegaskan jeneng dulu baru jenang. (Nama dulu baru makanan atau harta). Confucius mengatakan nama bisa mengubah hidup.
Dalam dunia marketing nama atau merk teramat berpengaruh. Dalam bukunya Are You an Enterpreneur? secara singkat dan padat Rodney Overton mengatakan "Dengan berbekal merk berarti anda telah mengumandangkan satu identitas yang unik kepada konsumen. Sehingga konsumen dapat mengurangi resiko, mudah mencari dan mampu membedakan produk anda dari pesaing."

Merk berimbas langsung terhadap penjualan, semakin greget merk anda semakin tokcer fungsi penjualan anda. Merk yang kuat akan memboyong manfaat yang tidak sedikit. Pertama, besarnya loyalitas dan margin. Kedua, kebalnya perusahaan terhadap persaingan dan krisis. Ketiga, solidnya dukungan orang tengah. Keempat, mulusnya proses komunikasi pemasaran. Kelima, terbukanya peluang lisensi dan perluasan merk.

Ujung-ujungnya merk yang kokoh tak ubahnya seperti magnet. Ia akan memikat stakeholder yang terbaik. Kira-kira profesional yang cemerlang akan tertarik berkarir dimana? Tentu pilihan akan jatuh ke perusahaan yang bermerk kuat dan mapan seperti Garuda, Nokia atau CitiBank daripada yang lainnya. Karyawan, pemasok, investor, partner, konsultan dan stakeholder yang lain juga cenderung mengincar merk yang tangguh. Ini jelas menguntungkan pemilik merk.

Mungkin tak berlebihan bila saya katakan "Shakespeare is wrong!" Zaman sekarang brand is neccesity. Merk adalah keniscayaan. Untuk itulah, merk adalah modal pertama.

Bersiap-siaplah untuk mencari inspirasi.

Peran Emosi dalam Marketing

Menurut Wikipedia. Emosi adalah adaptasi evolusi, karena meningkatkan kemampuan organisme untuk mengalami dan mengevaluasi lingkungannya dan kemudian menambah kemungkinan hidup dan bereproduksi, dengan mempersiapkan rencana sederhana untuk berbagai tingkah yang diperlukan, seperti mendekati atau menjauhi obyek yang (tidak) bisa dicerna, bersaing bersama organisme lain atau lari jika organisme itu terlalu kuat (kemarahan vs. ketakutan), dan membentuk atau kehilangan ikatan kooperatif berdasarkan pada altruisme berbalasan (kebanggaan vs. kesedihan) dengan organisme lain.

Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. "Motivasi" juga diturunkan dari movere.

Selain Emosi manusia juga memiliki pikiran atau rasio. Manakah yang lebih penting diantara keduanya? Manusia tanpa emosi adalah benda, manusia tanpa rasio adalah hewan. Sekarang yang menjadi masalah adalah seberapa besar kadar komposisi dari emosi dan rasio yang ada dalam diri tiap manusia. Emosi memiliki sifat yang positif maupun negatif. Emosi positif seperti cinta, kasih sayang, rasa, seni, dsb. Emosi negatif seperti marah, arogan, iri hati, benci, dendam, dsb.

Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Rasiopun ada yang positif dan bersifat membangun, dan rasio negatif bersifat merusak, baik untuk diri sendiri ataupun kepada orang lain atau lingkungan.

Sebagai manusia, maka komposisi manakah yang paling sesuai dengan diri kita?

1. Emosi > Rasio
Realitas sekarang dimana kita selalu mengutamakan emosi daripada nalar, apa bedanya dengan hewan? Karena hewan lebih mengutamakan emosi / naluri / insting. Bisakah kita belajar bijaksana kalau emosi > rasio ?
2. Emosi = Rasio
Pada tingkat ini terjadi keseimbangan antara emosi dan rasio. Mungkin kita akan menjadi manusia yang lebih manusiawi. Tetapi disini mungkin pula akan terjadi konflik batin karena kadar emosi dan rasio sama besar, sehingga masing-masing memiliki kepentingan yang sama.
3. Emosi <>
Inilah tingkat paling ideal bagi kita manusia. Pada tingkat ini kita dapat memegang kendali terhadap masalah yang timbul dari luar diri kita atau lingkungan. Disini kita akan banyak belajar untuk lebih matang, dewasa dan bijaksana.

Joseph LeDoux, seorang ahli saraf di Centre for Neural Science di New York University, melalui pemetaan otak yang sedang bekerja menemukan peran penting dari amigdala. Amigdala adalah sekelompok sel berbentuk seperti kacang almond yang bertumpu di batang otak, dan berfungsi memproses hal-hal yang berkaitan dengan emosi. Rasa sedih, marah, nafsu, kasih sayang, dan sebagainya bergantung pada amigdala ini. Peran amigdala bisa menjelaskan mengapa emosi bisa mengalahkan rasio. Hal ini terjadi, karena amigdala mampu mengambil alih kendali tindakan, sewaktu otak masih menyusun keputusan. Kemungkinan 'pembajakan' emosi ini lebih besar terjadi pada orang yang memiliki kecerdasan emosi rendah.

Pengeksplorasian emosi oleh seorang marketer bisa dibilang sebagai suatu kejahatan yang tidak bisa dilarang dan halal. Dimana fokus utama seorang pemasar adalah bagaimana caranya konsumen itu berubah menjadi binatang yang lebih mengutamakan naluri dan mengabaikan rasio ketika kita tawarkan suatu produk. Perangsangan nafsu agar amigdala mempu memotong jalur informasi rasio di otak menjadi senjata utama dalam pencapaian target penjualan. Setelah emosi itu bisa menguasai pola pikir konsumen, tugas selanjutnya adalah bagaimana kondisi itu tidak berubah mengingat emosi adalah sesuatu yang sangat tidak stabil dan gampang sekali berubah.

Inilah pelajaran kedua buat saya yang lumayan terasa berat. Tapi demi kata, Change!!! Saya harus bisa belajar menjadi si raja tega. Tentu saja dalam porsi yang tepat dalam khazanah marketing, bukan dalam artian sewenang-wenang terhadap terhadap orang lain.

Harus dicoba...