Memilih merk, kriteria awal yang baik adalah S&W atau speakable dan writable. Mengingat yang paling sering berhubungan atau komunikasi merk adalah konsumen, bukan pemasar. Pihak internal hanyalah memasang iklan, memajang logo, menggelar pressrelease, mengerahkan salesforce dan sejenisnya. Pihak internal tak mungkin memikirkan merk setiap waktu. Lain dengan konsumen, mereka mengaktifkan komunikasi merk setiap saat dimanapun mereka berada. Dan merk itu pula yang dijadikan identitas saat mereka membicarakan suatu produk.
Kenapa merk harus mudah diucap dan ditulis..?
Karyawan, investor, supplier dan semua pihak yang berhubungan dengan bisnis kita biasanya mudah melafalkan sebuah merk serumit apapun itu. Tapi apakah konsumen akan sejeli itu..? Mungkin saja sekian persen dari pasar kita adalah pengidap dyslexia dan wordphobia.
Coba amati percakapan di telepon atau SMS atau fax. Kata-kata sering kabur, huruf disingkat-singkat dan cetakan samar. Konsumen harus langsung bisa ngeh bahwa yang dimaksud itu adalah merk kita walaupun tidak terdengar jelas, disingkat atau tercetak tidak jelas.
Merk yang bermasalah dari segi pengucapan dan penulisan seringkali bermasalah juga dalam hal pengingatan (memorabilitas). Bandingkan Rinso dengan surf atau attack. Mana yang lebih memorable dalam benak ibu rumah tangga dan PRT? Rinso kan..? Surf dan Attack cukup susah untuk dieja apalagi diingat. Orang pun akan lebih mudah mengingat Telkomsel dari pada Excelcomindo sampai akhirnya dibuat singkatan XL agar lebih memorable.
Walaupun banyak hal lain yang lebih berperan dalam kesuksesan usaha daripada sebuah merk, tapi setidaknya patuh pada S&W bisa membantu mempercepat akselerasi penerimaan nama produk di pasar. Memang ada pengecualian untuk itu. Ada perusahaan yang sukses besar dengan nama yang ajaib, seperti Pierre Cardin, TAG Heuer, Volkswagen atau Mithsubishi. Meski kurang speakable dan writable, nama Pierre Cardin sengaja dipakai agar terkesan berprestise. Volkswagen agar terkesan Jerman dan Mithsubishi agar terasa aroma Jepangnya.
Segmen-segmen tertentu memang meniscayakan pada nama yang sulit semacam itu. Namun sepertinya perlu untuk tidak mencampuradukan aturan umum dengan pengecualian.
Merk yang bermasalah dari segi pengucapan dan penulisan seringkali bermasalah juga dalam hal pengingatan (memorabilitas). Bandingkan Rinso dengan surf atau attack. Mana yang lebih memorable dalam benak ibu rumah tangga dan PRT? Rinso kan..? Surf dan Attack cukup susah untuk dieja apalagi diingat. Orang pun akan lebih mudah mengingat Telkomsel dari pada Excelcomindo sampai akhirnya dibuat singkatan XL agar lebih memorable.
Walaupun banyak hal lain yang lebih berperan dalam kesuksesan usaha daripada sebuah merk, tapi setidaknya patuh pada S&W bisa membantu mempercepat akselerasi penerimaan nama produk di pasar. Memang ada pengecualian untuk itu. Ada perusahaan yang sukses besar dengan nama yang ajaib, seperti Pierre Cardin, TAG Heuer, Volkswagen atau Mithsubishi. Meski kurang speakable dan writable, nama Pierre Cardin sengaja dipakai agar terkesan berprestise. Volkswagen agar terkesan Jerman dan Mithsubishi agar terasa aroma Jepangnya.
Segmen-segmen tertentu memang meniscayakan pada nama yang sulit semacam itu. Namun sepertinya perlu untuk tidak mencampuradukan aturan umum dengan pengecualian.
Ada inspirasi..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar