Kamis, 10 April 2008

Teknologi untuk Marketing

Dulu orang memiliki ponsel hanya untuk sekedar melepon atau mengirim pesan penting saja. Orang pun menggunakan internet hanya untuk kepentingan bisnis semata. Namun sekarang semua itu sudah bergeser dari posisi awalnya.

Dengan SMS atau Instant Messenger semacam YM atau Google Talk orang merasa lebih "bebas" dalam mengekspresikan dirinya tanpa harus "berbicara". Mereka menjadi semakin emosional. SMS atau IM sudah menjadi milik semua orang. Orang yang paling pendiam pun bisa menjadi cerewet ketika fungsi mulut diambil alih oleh ujung jempolnya. Berbagai polling bahkan kampanye politik pun sudah memanfaatkan SMS sebagai salah satu andalannya.

Melihat kenyataan bahwa orang lebih sering duduk di depan komputer dan internet, plus ketika harus meninggalkan tempat yang namanya ponsel pasti tidak pernah lepas dari genggaman. Ini adalah sebuah peluang besar bagi pemasar untuk bisa memanfaatkannya secara maksimal. SMS yang dulu dianggap "tabu", kini malah menjadi tren yang justru semakin manusiawi dan emosional. Lihat saja Yahoo atau Sonyericsson yang memanjakan emosi pelanggannya dengan menciptakan fitur yang dinamakan emoticons. Kalau dulu orang harus bertemu untuk menyatakan perasaan marah, benci, sayang, cinta bahkan mencari jodoh sudah umum dilakukan lewat kedua media itu. Tak ayal bila Telkomsel memanfaatkan itu dijadikan tag salah satu produknya dengan ungkapan "mulutmu harimaumu. SMSan sajaaaa...."

Mengekspresikan perasaan merupakan kebutuhan alami manusia. Perasaan sedih, gembira, kangen atau puas kini bisa diungkapkan hanya dengan beberapa sentuhan pada tombol ponsel atau beberapa klik mouse saja. Manusia modern lebih menyukai penggunaan teknologi yang dalam pemasarannya menekankan sisi emosional dibanding hanya bermodal kecanggihan teknologinya saja.

Tentu kita semua ingat meledaknya market Nokia 5110 dulu sampai menyabet predikat ponsel sejuta umat. Ini ada kaitannya dengan desainnya yang merupakan ponsel pertama bisa kita ganti-ganti casing semudah memasang baterai atau SIMCard. Perasaan manusia tidak seragam dan setiap orang butuh mengekspresikan dirinya dalam banyak hal agar tidak terkesan pasaran. Ini juga terpengaruh oleh adanya content game dalam ponsel tersebut didukung iklan dan promosi gencar dengan tag "tetap ada unsur kekanakan dalam diri kita..." dan "teknologi yang mengerti anda...". Pengolahan emosi konsumen yang benar-benar mengena.

Teknologi informasi membuat pelanggan semakin emosional. Disinilah letak tantangan bagi pemasar untuk pandai meramu dan menggabungkan teknologi itu dengan "emosi" yang ada di dalamnya. Pengambilan keputusan konsumen semakin didasarkan pada mood dan feeling mereka dibandingkan mind.

Tapi ada satu hal yang tak boleh dilupakan. Emosi itu bagai rollercoaster yang bisa naik turun dengan cepat. Mood konsumen perlu diperhatikan. Tidak mungkin kita bisa menawarkan produk saat konsumen tersebut dalam keadaan bad mood. Pengolahan mood management secara benar dan tepat sangatlah diperlukan. Pemasar tidak lagi bisa mengandalkan broadcasting dan mengirimkan pesan yang sama kepada seluruh pelanggannya. Pemasar harus menggunakan berbagai media untuk melakukan pointcasting untuk menyampaikan pesan yang bersifat personal.

Jadi intinya adalah, pelanggan tidak mau lagi digeneralisasi. Mereka butuh ekspresi dan aktualisasi diri agar menjadi ekslusif sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai jati diri. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, mereka justru butuh teknologi yang lebih "memanusiakan" mereka, bukan teknologi yang mengandalkan kecanggihannya sendiri.

Tidak ada komentar: